Pernah dengar peribahasa "Daripada Hujan Emas Di Negeri Orang, Lebih Baik Hujan Batu Di Negeri Sendiri"? Sepanjang hari Bpunk tidak habis pikir bagaimana "mengartikan" peribahasa ini. Dari pada bertanya-tanya dalam hati, memang lebih baik menanyakan langsung ke mbah google. Arti yang bisa Bpunk temukan dari peribahasa ini adalah
"bagaimanapun senangnya hidup di negeri orang, masih lebih senang hidup di negeri sendiri".*Arti yang...?? Ini membuat Bpunk semakin merasa aneh, karena artinya terkesan dipaksakan, karena seakan-akan peribahasa ini mengajak orang untuk menolak "EMAS".
Coba bayangkan, anda disuruh pilih, hujan emas atau hujan batu secara harafiah? Kedua-duanya beresiko membuat yang tertimpa alhamdullilah, MATI.. (hahaha) tapi kalau selamat, hmmm... beruntunglah yang pilih emas. Biar benjut sana sini, tapi emas di tangan, bisa berobat, dan sisanya lumayaaan. Dan yang pilih hujan batu, silahkan berobat dengan biaya seadanya (itupun kalo ada).
Apa ada diantara Bpunk'rs yan berpikiran sama..?
Apa ada diantara Bpunk'rs yan berpikiran sama..?
Semua orang tentu menginginkan "hujan emas" dimanapun kakinya berpijak! Tidak ada yang menginginkan hujan batu dimanapun arah langkah menuju. Kecuali hujan batu permata, itu juga kecuali lho ya, masalahnya tidak ada tambahan dari peribahasa ini.
Jadi apakah peribahasa ini menjadi relevan untuk digunakan di Indonesia atau dimanapun? Ini yang menjadi sedikit masalah...
Jadi apakah peribahasa ini menjadi relevan untuk digunakan di Indonesia atau dimanapun? Ini yang menjadi sedikit masalah...
Salahkah Aku jika Aku Cina?
Tulisan ini terinspirasi dari pertanyaan seorang adik tingkat semasa kuliah dulu di akun facebook nya. Pertanyaannya mungkin menjadi pertanyaan Bpunk'rs juga, apalagi jika Bpunk'rs seorang Thionghoa.
"Salahkah Aku jika Aku Cina? Aku tak pernah memintanya. Salahkah Aku?".Ala Mario Teguh Bpunk menjawab:
"lebih baik cukupin/habiskan saja waktumu dengan orang-orang yang menyayangimu, karena kamu tidak akan bisa menyenangkan semua orang".Jawaban ini tentu tidak akan menyelesaikan masalah bagi hati yang sedang GALAU (eh buseet...), karena langsung di jawab :
"Aku nda pengen nyenengin orang" yang nda suka ma kami, Kak... hanya "menuntut keadilan" aja... katanya semua manusia sama di mata Tuhan... tapi kenapa tetap ada diskriminasi? dan kenapa kaumku yang paling sering jadi korban diskriminasi itu?" (Anaknya makin mewek nih... xixixixi...).Dan Mario Teguh aspal beraksi untuk yang terakhir kalinya :
"kalau pandangan pribadi, itu adil kok, akibat dalam tekanan "diskriminasi", orng cina selalu selangkah lebih maju(yg laen makin ketingggalan wkwkwkwk..).. gimana ga ketinggalan, ngiri aja kerjaannya... hahaha.."Dan jawaban terakhir Bpunk, sepertinya bisa sedikit menghibur dia... (padahal ga kayaknya... hahaha...).
Lebih Baik Hujan Batu Di Negeri Sendiri?
Nah jawaban terakhir tadi yang membuat Bpunk terpikirkan peribahasa yang diatas. Kalo memang dibedakan mengikuti cara pandang masyarakat yang tidak bisa "menerima" Warga Negara Indonesia berdarah Tionghoa, maka bisa dikatakan orang-orang Thionghoa adalah orang-orang yang sedang menikmati "hujan emas di negeri orang" dan mereka memang sangat berhasil...! Dan apakah itu salah..?
Bpunk bukan Tionghoa, tapi memiliki cukup banyak teman-teman berdarah Tionghoa, dan mereka luar biasa baiknya. Tidak semua tampak kaya, dan kalau pun kaya, mereka tetap hidup sederhana. Lalu mengapa kita tidak belajar dari cara bekerja dan cara hidup mereka? Mereka di katakan pelit, padahal itu cara mereka berhemat. Jika usaha belum stabil atau berhasil, mengapa harus bergaya hidup mewah dan berfoya-foya layaknya beberapa Orang Kaya Juga Ga di Indonesia? Itu seperti bawaan orok mereka, "pandai mengatur keuangan".
Dan jika mereka menjadi kaya dengan cara seperti itu, mengapa tidak sedikit yang mendiskriminasi mereka? Apakah salah menjadi kaya dengan banting tulang kencangkan ikat pinggang? Bukankah Negara ini hancur karena orang-orang-nya sendiri? Lihatlah ke Gedung Bokong Tengkurap. Disana mereka berbagi uang rakyat untuk kesenangan dan kenyamanan pribadi! Diskriminasi saja mereka!
Dan jika mereka menjadi kaya dengan cara seperti itu, mengapa tidak sedikit yang mendiskriminasi mereka? Apakah salah menjadi kaya dengan banting tulang kencangkan ikat pinggang? Bukankah Negara ini hancur karena orang-orang-nya sendiri? Lihatlah ke Gedung Bokong Tengkurap. Disana mereka berbagi uang rakyat untuk kesenangan dan kenyamanan pribadi! Diskriminasi saja mereka!
Ada juga yang mengatakan mereka sombong.. Hahahaha... emang ga ada apa ya, orang Jawa, Papua, Medan, Aceh, Bali (yang tidak disebutkan jangan marah ya...) yang sombong? Jangan di generalisir begitu.. Ada yang sombong, Bpunk akui itu, tapi tidak semua kok... Lalu kenapa semua orang Tionghoa musti kena..? Teringat peristiwa Mei 2007, Tragis dan benar-benar KEJAM..!! Mengapa begitu membabi buta..? dan lihatlah... sampai sekarang, semua cuci tangan...
Terakhir, ada yang bilang mereka merampok uang dan kekayaan bangsa Indonesia... hahaha... Bpunk cuma pengen bilang "WOIII...!! Bangun woi...!! hellooo...!!!". Yakin lo...? Oke... mungkin ada, bisa saja... tapi ingat, ketamakan bukan monopoli suku atau ras tertentu...! Nonton TV...! Siapa sekarang yang sedang wara-wiri kasus korupsi, dari yang sudah tertangkap sampai yang belum..? Berapa banyak wajah Tionghoa?
Itu mungkin keuntungan mereka ketika bisa tetap menikmati "hujan emas di negeri orang" jika ada Bpunk'rs yang keukeuh mengatakan mereka ga pantes jadi warga negara Indonesia karena mereka Tionghoa. Tapi mengapa kita tidak melihat mereka sebagai salah satu suku bangsa kita yang memang sangat terkenal oleh keaneka-ragamannya..? Anggaplah mereka seperti orang Medan yang kalo kuat begadang jadi sopir bus, dan kalo bisa kuliah jadi pengacara di Jakarta..? toh mereka meninggalkan kampung halaman untuk mengejar "hujan emas" daripada tersiksa "hujan batu" di kampung halaman...**
*Sumber 01
** Orang Medan : "woiii...macam mana pula contohnya cuma orang medan..? sopir pula yang diangkat? mau kau kumakan?"
Bpunk : "ampun lah lae....hehehe... Ini ada Tuak lae... damainya kita?"
Orang Medan : "Ah.. Minum dulunya kita, sambil kita bicarakan pardamaian..."
** Orang Medan : "woiii...macam mana pula contohnya cuma orang medan..? sopir pula yang diangkat? mau kau kumakan?"
Bpunk : "ampun lah lae....hehehe... Ini ada Tuak lae... damainya kita?"
Orang Medan : "Ah.. Minum dulunya kita, sambil kita bicarakan pardamaian..."
Last Update 06/02/2012
